Senja itu seperti teman yang paling paham. Ia datang tanpa banyak bicara, tapi matanya merah, jingga, biru yang selalu tahu apa yang kita sembunyikan di balik diam. Hari ini, angin senja berbisik pelan: ‘Jangan khawatir, rindu yang kau simpan masih berarti. Selama langit mau jadi saksi, pertemuan itu bukan mimpi.’
Aku pun menulis puisi ini: untuk senja yang setia mendengar, untuk harapan yang kadang lelah, dan untukmu, yang mungkin sedang menunggu seperti aku. Yuk, nikmati perlahan…
Angin Senja Berbisik
Angin senja berbisik di ujung waktu,
Membawa nama yang terukir di langit biru.
“Jangan kau hapus, jangan kau lupa,”
Sebab setiap rindu punya jalannya sendiri.
Daun-daun bergoyang menulis surat,
Dibaca matahari sebelum ia pergi.
“Titipkan saja pada awan yang lewat,”
Nanti malam akan menyampaikannya lagi.
Sungai mengalir pelan, tak mau berisik,
Airnya berbisik, “Aku tahu sedihmu yang dalam.”
“Setiap tetes yang hilang ke laut,”
Akan kembali sebagai hujan di musim depan.
Batu-batu di tepi pantai diam merenung,
Merekam jejak kaki yang pernah lewat.
“Jika kau tak lihat dia hari ini,”
Tunggulah sampai ombak mengembalikan namanya.
Burung-burung terbang dalam formasi,
Membentuk huruf yang tak terbaca.
“Tapi kami hafal arahnya,”
Kami akan memandu dia pulang nanti.
Rumput-rumput bergumam pada embun,
“Jangan kau larut sebelum fajar.”
Setiap rindu butuh kesabaran,
Seperti bumi menunggu musim berganti.
Lampu-lampu di jalan mulai menyala,
Berkedip-kedip seperti mata yang terjaga.
“Kami tetap hidup di kegelapan,”
Karena yakin pagi akan datang juga.
Kabut turun pelan, menyelimuti bukit,
Seperti selimut yang menutupi mimpi.
“Tidurlah dulu, jangan gelisah,”
Besok matahari akan membuka cerita baru.
Bintang-bintang mulai berbisik,
Menyusun rasi yang hanya kita yang tahu.
“Jika kau tak lihat kami di siang hari,”
Kami tetap ada, hanya menunggu senja.
Angin malam mulai bernyanyi,
Lagu yang dulu sering kita dendangkan.
“Jika kau tak dengar suaraku,”
Dengarkan saja lewat gemerisik daun.
Laut yang jauh tetap berdebur,
Membawa pesan yang tak sampai-sampai.
“Tapi suatu hari, ombak akan pecah,”
Dan suaranya akan sampai di telingamu.
Pohon-pohon menunduk, akarnya berdoa,
“Tumbuhkanlah keyakinan di hati yang menunggu.”
Tak ada jarak yang tak terhubung,
Hanya waktu yang sedang menyusun cerita.
Langit mencatat setiap rindu,
Dalam warna-warna yang tak terlihat.
“Percayalah, jika kau menatap cukup lama,”
Suatu hari kau akan lihat wajahnya di sana.
Fajar akan datang, tapi bukan untuk mengusir senja,
Melainkan mengingatkan: “Kalian akan bertemu lagi.”
Setiap perpisahan hanya jeda,
Bukan akhir dari kisah.
Maka jangan padamkan harapan itu,
Biarkan ia bernyala seperti mata senja.
Sebab angin, laut, bintang, dan waktu
Semua berbisik: “Dia akan kembali.”
Makna Puisi: Angin Senja Berbisik
Puisi ini bercerita tentang harapan yang tak pernah mati, meskipun perpisahan terasa panjang. Aku pakai alam sebagai “teman bicara” karena alam itu selalu setia, seperti angin, batu, pohon, bahkan senja sendiri seolah-olah ngerti perasaan kita.
- Angin senja di bait pertama itu kayak sahabat yang selalu ingatkan: “Jangan lupa, jangan menyerah.”
- Sungai dan laut di bait 3 & 11 itu simbol siklus kehidupan, apa yang pergi akan kembali, mungkin dalam bentuk berbeda.
- Bintang dan langit di bait 9 & 13 itu kayak pengingat visual: “Lihatlah ke atas, dia juga sedang memandang yang sama.”
- Fajar di bait 14 itu metafora keteguhan: hari baru bukan buat hapus kenangan, tapi buat kasih tahu bahwa pertemuan itu pasti.
Intinya, puisi ini pengingat buat tetap percaya, sekalipun harus menunggu. Alam aja nggak buru-buru, kok. Kita juga nggak perlu.
Nah, kalau kamu lagi di fase ‘menunggu’ kayak puisi di atas, ingat ini: senja itu bukti bahwa segala sesuatu, betapa pun beratnya yang selalu berakhir dengan indah. Entah itu dalam bentuk pertemuan, keikhlasan, atau jawaban dari doa.
Jadi, kalo hari ini angin senja berbisik padamu, dengarkan. Siapa tahu dia bawa kabar baik. Dan kalo kamu punya cerita senja + rindu versimu sendiri, bagi di kolom komentar, ya! Aku tunggu…
Salam hangat dari senja yang lain,
Senja dalam Kata