Aroma Kopi di Senja Itu
Aroma Kopi di Senja Itu

Aroma Kopi di Senja Itu: Rindu yang Tak Pernah Selesai

Diposting pada

Aroma kopi di senja itu kayak lagu lama yang diputer ulang, tau nggak sih? Tiba-tiba bau itu nyelonong masuk, bawa serta memori yang udah lama kamu simpan di sudut hati. Aku selalu bilang, senja itu temen curhat terbaik. Dia diam-diam aja, tapi bisa bikin semua rindu yang kamu pendam tiba-tiba keluar. Nah, kopi? Dia kayak temen setia yang selalu ada di setiap ‘adegan’ hidup kita. Kali ini, aku mau ajak kamu bernostalgia lewat senja, kopi, dan rindu yang nggak pernah benar-benar selesai. Siap-siap baper?

Aroma Kopi di Senja Itu

Senja menumpahkan jingga di tembok tua,
Aroma kopi menggumpal dalam dingin yang merayap,
Kau yang dulu, hanya tinggal cerita,
Terangkai dalam bau yang tak mau lelap.

Pahitnya kopi seperti namamu yang tertahan,
Mengendap di lidah, tak mau pergi,
Langit menelan matahari dengan pelan,
Seperti aku menelan rindu yang tak terperi.

Gelas retak ini masih menyimpan bayang,
Sisa-sisa canda yang menguap di udara,
Kau pergi, tapi senja tetap datang,
Membawa kabar dari masa yang sirna.

Angin berbisik lewat jendela yang setia,
Mengusik debu di meja kayu tua,
“Rindu itu seperti kopi yang tersisa,”
Katanya, “Pahit, tapi selalu dicari.”

Aku dan senja adalah dua penunggu,
Menghitung detik dengan nafas yang pendek,
Kopi dingin jadi saksi bisu,
Bahwa jarak hanya angka, kau tetap ada di sini.

Percikan hujan di atap seng,
Menari-nari mengikuti irama rindu,
Kau bilang kopi ini terlalu kuat,
Tapi lupa, aku terbiasa menelan duka.

Langkahmu dulu meninggalkan jejak,
Seperti bubuk kopi yang tertinggal di dasar cangkir,
Aku mengaduknya pelan, pelan,
Agar tak ada yang tahu betapa dalam ia mengendap.

Malam datang membawa bintang-bintang,
Tapi mataku hanya mencari pantulanmu di jendela,
Kopi ini sudah tak lagi hangat,
Tapi rindu? Itu tak pernah bersekat.

Daun kering berbisik di teras,
Menceritakan bagaimana waktu begitu kejam,
Tapi aroma kopi di senja ini,
Masih setia membawaku pulang.

Kau mungkin sudah jadi asing,
Tapi senja ini masih sama,
Kopi masih hitam, langit masih jingga,
Dan aku? Masih terjebak dalam dialog sunyi.

Dingin malam mulai merangkul,
Tapi kopi ini tetap tak habis,
Seperti pertanyaan yang tak terjawab,
Seperti pelukan yang tak sampai.

Aku tahu kau tak akan kembali,
Tapi senja selalu membawa bau itu,
Aroma kopi yang kau suka,
Dan rindu yang tak pernah selesai.

Mungkin ini cara alam berkata,
Bahwa ada hal-hal yang tak perlu diungkap,
Cukup disimpan, seperti kopi di gelas tua,
Diam, tapi selalu punya cerita.

Jika nanti senja tak lagi jingga,
Dan kopi tak lagi berbau,
Aku akan tetap di sini,
Menunggu sesuatu yang mungkin tak pernah tiba.

Tapi untuk sekarang, biarkan aku menikmati,
Aroma kopi di senja ini,
Satu-satunya peninggalanmu,
Yang masih mau bersandar di ingatanku.

Makna Puisi: Aroma Kopi di Senja Itu

Puisi ini sebenernya cerita tentang hal-hal kecil yang tiba-tiba bikin kita kangen sama seseorang. Senja dan kopi cuma ‘alat’ buat ngungkapin perasaan aja, kayak temen yang selalu dateng pas kita butuh tempat curhat. Aroma kopi jadi simbol kenangan, sesuatu yang sederhana tapi kuat banget nempel di memori. Pernah nggak sih, kamu ngerasain sesuatu yang sepele (kayak bau sabun tertentu atau lagu lama) tiba-tiba bikin kamu flashback ke masa lalu? Nah, puisi ini nangkep momen-momen kayak gitu.

Rindunya juga bukan rindu yang ngeselin, tapi lebih ke… rindu yang udah jadi temen hidup. Kayak kopi pahit yang tetap kita minum karena somehow, di balik pahitnya, ada rasa yang bikin nagih. Puisi ini pengingat bahwa kenangan itu nggak harus dilupain atau dibenci yang kadang cukup diakui aja, ‘Iya, aku pernah bahagia sama kamu, dan itu cukup.’

Nah, gimana? Kamu juga punya ‘aroma kopi’ versi kamu sendiri nggak? Mungkin itu bau hujan, lagu tertentu, atau bahkan rasa makanan yang tiba-tiba bikin kamu melankolis. Hidup itu pendek buat ngeremin hal-hal pahit, tapi justru di situlah keindahannya, kita belajar nemuin arti di hal-hal sederhana.

Jadi, lain kali kamu ngerasa kangen, coba deh nikmati aja. Kayak senja yang dateng setiap hari tanpa minta izin, atau kopi yang selalu siap nemenin di kala sepii. Nggak perlu buru-buru move on, yang penting jangan lupa: kamu tetap harus minum kopi yang baru, ya!

Nyari puisi senja lain yang bikin hati berdecak? Cek koleksi puisi senja rindu di Senja dalam Kata – ada yang lebih baper, ada yang lebih hangat. Pilih mood-mu, baca perlahan!