PERNAH

Diposting pada

Kita sudah tidak ada lagi. Dari malam sampai pagi, kulupakan semua mimpi. Karena halusinasi berlebih, tidak baik untuk diri. Aku akan lebih menahan diri, bahkan sekedar memikirkanmu, ku rasa sudah tidak sopan.

Lagi lagi, awal Maret kusambut dengan belajar merelakan. Tidak ada yang tidak sungguh, hanya saja satu sama lain kita tak paham cara singgah. Mungkin pernah, tapi tak handal untuk menetap.

Terima kasih telah menjadi pagi, ketika aku berusaha menyerupai malam. Terima kasih telah menjadi cahaya, ketika aku bersetubuh dengan kelam. Tidak ada pemeran pelaku, apalagi korban. Kita adalah pernah, bukan punah, apalagi menyerah, hanya sudah.

Terima kasih untuk cerita singkat. Aku senang kita pernah dekat, lekat. Dan sekarang Tamat. Bahkan sebelum sempat.

Untuk kamu. Berjalan lah dengan sopan. Jangan menengok kebelakang. Tidak ada pulang yang disengaja, kecuali pergi dengan permisi. Karena kita benar-benar telah usai, sebelum benar-benar memulai.

Untuk Aku, akan selalu seperti ini. Sisa jejak jiwamu akan ku makamkan di lara ku. Sekarang hanya ada aku dan kamu. Tidak ada kita. Tapi yang selalu hidup tetap ada. Antara debu kenangan, dan sisa genggaman.