Pernah nggak sih, kamu memandang senja yang perlahan pudar, lalu tiba-tiba merasa: ini mirip sekali dengan kepergian seseorang?
Alam selalu punya cara unik untuk bercermin pada hidup kita. Senja pergi tak membuat bumi berhenti berputar, begitu juga dengan hati. Puisi ini lahir dari sudut-sudut sunyi ketika aku belajar melepaskan: bukan tentang melupakan, tapi tentang memberi ruang untuk rindu sambil tetap melepaskan dan melangkah.
Ayo selami bait-baitnya, siapa tahu kau juga menemukan guratan keikhlasan di sini. 🌙
Senja Pergi, Hidup Terus Berputar
Senja merunduk di ufuk barat,
warnanya luntur, pelan menghilang.
Langit tak menangis, hanya diam erat,
seolah tahu: semua akan datang dan pulang.
Angin berbisik di sela dedaunan,
membawa kabar dari masa silam.
Ia tak berhenti meski kehilangan,
terus melaju, tak pernah tenggelam.
Burung kembali ke sarangnya,
meski langit tak lagi jingga.
Ia tak bertanya kenapa senja hilang,
ia hanya tahu: malam akan tiba.
Bumi tetap berputar perlahan,
meski hati manusia kadang beku.
Ia tak peduli luka dan kehilangan,
ia hanya tahu: hidup harus terus maju.
Laut menelan cahaya terakhir,
ombaknya tetap menari di pasir.
Tak ada tangis, tak ada getir,
hanya ritme waktu yang tak pernah kabur.
Gunung berdiri dalam diamnya,
menyimpan rahasia ribuan tahun.
Ia tahu, kehilangan bukan akhir cerita,
melainkan awal dari ketabahan yang turun.
Awan melayang tanpa arah pasti,
kadang cerah, kadang kelabu.
Seperti hati yang belajar berdiri,
meski pernah jatuh dan membeku.
Ranting patah tak menjerit,
ia tahu daun akan tumbuh lagi.
Begitu pula hati yang sempat sempit,
akan lapang jika diberi waktu pergi.
Mentari esok akan terbit,
meski senja hari ini pamit.
Begitu pula harapan yang sempit,
akan luas jika kita tak membatasi langit.
Langkah kaki di jalan sepi,
meninggalkan jejak yang tak abadi.
Namun hidup bukan tentang berhenti,
melainkan terus berjalan meski sendiri.
Pelangi tak muncul tanpa hujan,
keindahan lahir dari luka.
Begitu pula jiwa yang kehilangan,
akan bersinar jika mampu membuka.
Bintang tak bersinar di siang hari,
tapi ia tetap ada, menanti malam.
Begitu pula cinta yang pergi,
kadang hanya menunggu waktu tenang.
Hujan turun tanpa permisi,
membasahi tanah yang kering.
Seperti air mata yang tak bisa ditahan,
tapi menyuburkan hati yang gersang.
Senja pergi, bukan untuk menghilang,
tapi memberi ruang bagi malam.
Begitu pula mereka yang tak lagi datang,
mereka memberi ruang bagi kita berkembang.
Dan bumi tetap berputar,
meski hati sempat retak dan hancur.
Karena hidup bukan tentang tak kehilangan,
tapi tentang bagaimana kita tetap jujur.
Makna Puisi
Puisi ini ngajak kita buat ngelihat alam sebagai cermin dari perasaan manusia. Senja yang pergi itu kayak melepaskan dan kehilangan dengan pelan, indah, tapi tetap bikin hati kosong. Tapi lihat deh, bumi nggak berhenti berputar cuma karena senja hilang. Angin tetap berhembus, laut tetap bergelombang, burung tetap pulang. Semua elemen alam ngajarin kita satu hal penting: kehilangan itu bagian dari siklus hidup.
Setiap bait punya pesan bahwa meski kita kehilangan sesuatu atau seseorang, hidup tetap harus jalan. Kita boleh sedih, boleh nangis, tapi jangan lupa buat bangkit. Karena kayak awan, gunung, dan hujan. Semua punya peran dan waktunya masing-masing. Kadang luka itu justru bikin kita tumbuh, kayak tanah yang subur setelah hujan.
Puisi ini juga nunjukin bahwa harapan itu nggak pernah benar-benar hilang. Mentari bakal terbit lagi, pelangi bakal muncul setelah badai, dan hati kita bisa sembuh kalau kita kasih waktu dan ruang. Jadi, jangan takut kehilangan. Karena di balik itu, ada kekuatan yang bisa kita temukan.
Kehilangan itu nggak pernah mudah, tapi bukan berarti akhir dari segalanya. Kadang kita cuma perlu duduk sebentar, tarik napas, dan lihat ke langit yang karena alam selalu punya cara buat nenangin hati. Senja boleh pergi, tapi hidup tetap berputar. Dan kamu, iya kamu, punya kekuatan buat terus melangkah.
Jangan buru-buru sembuh, tapi juga jangan berhenti hidup. Biarkan waktu dan alam jadi teman perjalananmu. Karena di setiap kehilangan, ada pelajaran, ada keindahan, dan ada harapan yang menunggu untuk ditemukan.
Kalau kamu suka puisi ini, jangan lupa baca puisi senja lainnya ya. Siapa tahu, ada bait yang bisa jadi pelukan buat hatimu 🌅💛